- Pnt. Fajar Junianto -
Seringkali kita bergumul dengan keberadaan Gen Z (baca : generasi zi) di gereja. Pergumulan itu datang manakala munculnya dugaan bahwa generasi yang lahir antara tahun 1995-2010 ini mulai meninggalkan gereja asalnya. Mengapa mereka mulai meninggalkan gereja asalnya? Seorang rekan pendeta GKI mengungkapkan alasannya : Agaknya terjadi karena komunitas gereja seringkali menjelma menjadi sebuah tempat asing di bumi dan tidak terhubung dengan kehidupan yang mereka hidupi. Jadi generasi Z tidak melihat alasan yang kuat untuk kembali ke gerejanya dan lebih memilih menghabiskan hari Minggu bersama teman-temannya, atau pergi ke gereja lain yang memberi ruang personal bagi mereka.
Youth Festival Month telah usai. Kegiatan Komisi Pemuda sepanjang bulan Juli memang sudah berakhir. Namun, tentu ada banyak hal yang menarik untuk direfleksikan berkaitan dengan kegiatan tersebut.
Pertama, pelan namun pasti, kita makin melihat bahwa GKI secara sinodal dan GKI PTI pada khususnya, tidak pernah menutup mata terhadap pergumulan yang terjadi atas situasi keberadaan Gen Z di gereja. Kaum muda diberikan ruang lebih banyak untuk bertumbuh dan berkomunitas sesuai dengan ekspresi jiwa mudanya. Inilah bentuk nyata dukungan kita semua agar generasi muda tetap terhubung sekaligus menjadi sebuah penegasan bahwa gereja bukanlah komunitas yang asing bagi mereka.
Kedua, gereja mesti mengubah paradigma bahwa Gen Z bukanlah sekedar generasi penerus, melainkan mereka adalah pemimpin masa kini. Melalui kegiatan ini, generasi muda gereja dilatih dan diuji kepemimpinannya. Mereka mesti bekerja sama dengan komisi atau badan pelayanan lain, mesti mengambil keputusan, dan bagaimana bertanggung jawab atas setiap keputusan itu. Dengan kata lain, melalui kegiatan macam inilah, gereja jangan menunggu puluhan tahun ke depan untuk melihat kepemimpinan generasi muda, namun ketika mereka masih muda-pun mereka adalah pemimpin-pemimpin. Amsal 20:29 mengatakan “Hiasan orang muda ialah kekuatannya…“ Gereja bukan hanya milik anggota jemaat dewasa, namun semua generasi, termasuk generasi muda yang juga punya harapan mau seperti apa komunitas gereja mesti bertumbuh.
Kiranya, kegiatan ini bisa menjadi semangat baru, bukan hanya bagi Gen Z di GKI PTI namun juga bagi semua anggota jemaat. Sebuah semangat baru bahwa Tuhan terus berkarya dan memelihara gereja-Nya. Ia terus menghadirkan dan memakai generasi-generasi yang ada untuk turut melayani. Karya Tuhan ini mesti kita sambut dengan menghadirkan sebuah komunitas gereja yang berani mencoba pendekatan dan terobosan baru untuk menjangkau Gen Z. Memang tak mudah, perlu kerja keras dan kesabaran untuk menemukan sebuah model pelayanan yang sesuai dengan generasi masa kini, tanpa harus meninggalkan penghayatan kita dalam memaknai gereja. Namun percayalah, gereja adalah kepunyaan-Nya. Amin.